Tugas
1. Legenda, mitos, atau cerita rakyat tentang
tempat asal tinggal anda
Subang Jawa Barat
Legenda Tangkuban Perahu
Pada zaman dahulu,
hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Ia memiliki seorang
anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Keduanya tinggal di sebuah rumah
bersama dengan seekor anjing setia yang selalu menjaga ibu dan anak tersebut.
Tak ada yang tahu bahwa Dayang Sumbi sebenarnya adalah seorang dewi dari khayangan,
dan anjing bernama Tumang tersebut adalah suaminya. Dayang Sumbi dan Tumang
dikutuk oleh dewa karena sebuah kesalahan. Mereka harus turun ke bumi dan
tinggal sebagai seorang manusia dan seekor anjing. Keduanya menerima dan
menjalani hukuman tersebut dengan lapang dada.
Sangkuriang muda
sangat gemar berburu. Saat berburu, ia selalu ditemani oleh Tumang. Mereka
berdua sangat cekatan dalam memburu mangsa. Tumang mengejar rusa, bahi hutan
atau kelinci hingga mereka tersudut, lalu Sangkuriang menombak hewan buruan
tersebut. Hampir setiap selesai berburu, keduanya membawa banyak hewan untuk
dimakan atau dijual.
Pada suatu hari,
Sangkuriang pergi berburu lagi dengan Tumang. Anak muda itu melihat seekor
kijang, dan ingin memburunya. Ia memberi perintah pada Tumang untuk menyergap
kijang tersebut lalu mengejarnya. Setelah mengendap-endap agar tak ketahuan,
Tumang segera mengejar mangsanya, namun ternyata
kijang itu berlari sangat cepat, jauh Iebih cepat daripada kijang lain yang
pernah mereka buru. Sangkuriang yang ikut mengejar dari belakang terengah-engah
kehabisan napas. Setelah beberapa lama, ia sampai di pinggir sungai dan melihat
Tumang sedang mengendus-endus kebingungan.
"Tumang, di mana kijang itu? Apakah
kau kehilangan jejaknya?" teriak Sangkuriang dengan nada kesal. Tumang
hanya bisa menyalak. Kijang itu melesat bagai anak panah, dan anjing tersebut
tak mampu mengejarnya. Air sungai membuat penciumannya melemah, ia tak dapat
mengendus jejak kijang untuk mengetahui ke arah mana hewan itu berlari.
Betapa marahnya Sangkuriang. ia sangat
menginginkan kijang itu, dan mereka sudah berlari demikian jauh untuk
mengejarnya.
''Kau ini bagaimana sih?” umpat
Sangkuriang. "Bagaimana mungkin kau kehilangan jejak kijang itu. Dasar
anjing bodoh!" Dengan marah, diambilnya sebuah batu dari pinggir sungai
dan dilemparkannya ke arah Tumang. Batu tersebut tepat mengenai kepalanya dan
membuatnya tersungkur.
Sangkuriang terkejut dengan apa yang baru
saja dilakukannya. Segera dipeluknya Tumang yang tak bergerak lagi. Kepala
anjing tersebut penuh darah, matanya terpejam dan napasnya mulai tak terdengar.
"Tumang... Tumang…. Maafkan aku!"
jerit Sangkuriang dengan panik.
“Aku tak bermaksud
membuat kepalamu terluka. Tadi aku hanya kesal saja. Bangunlah Tumang, jangan
mati."
Sayang sekali, darah
di kepala Tumang begitu banyak hingga akhirnya anjing itu menghembuskan napas
terakhirnya. Sangkuriang menangis sedih. Ia menyesali perbuatannya, namun nasi
telah menjadi bubur. Anjing kesayangannya telah mati.
Sangkuriang menangis
cukup lama sebelum akhirnya ia menguburkan Tumang. Setelah selesai, ia berjalan
pulang dengan lunglai. Hatinya sangat pilu.
Sesampainya di rumah,
ia menceritakan apa yang terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi yang terperanjat
atas kematian Tumang langsung melampiaskan kemarahannya pada Sangkuriang. Ia
mengambil sendok kayu yang biasa digunakan untuk menanak nasi, lalu
dipukulkannya sendok itu ke kepala Sangkuriang dan mengenai dahinya.
"Pergi kau, anak
kurang ajar! Berani-beraninya kau membunuh Tumang yang begitu setia padamu!"
"Tapi, Ibu....
"Pergi kau!
Jangan pernah kembali lagi!" Dayang Sumbi mengusir anaknya dengan penuh
kemurkaan. Sangkuriang pun meninggalkan rumah dengan dahi terluka dan hati yang
pedih. Ia berjalan tak tentu arah, menuju ke mana saja kakinya melangkah.
Berkelana dari satu daerah ke daerah lain.
Bertahun-tahun
Sangkuriang berkelana dan dari perjalanan tersebut ia menimba banyak ilmu dari
satu perguruan ke perguruan lain. Selain seorang pemuda yang cerdas, ia pun
anak seorang dewi sehingga ia dengan mudah mendapatkan kesaktian dari berbagai
perguruan. Semakin hari, kesaktiannya bertambah kuat dan Sangkuriang
menggunakannya untuk membantu orang-orang yang kesulitan.
Hingga suatu hari,
Sangkuriang sampai di sebuah desa. Sebenarnya desa itu adalah desa kelahirannya,
namun Sangkuriang tak mengenali karena ada begitu banyak perubahan di sang,
Selain itu, luka di kepalanya saat dipukul ibunya dulu serta rasa tertekannya
akibat kematian Tumang dan pengusiran Dayang Sumbi membuatnya melupakan masa
kecilnya.
Ketika beristirahat
sejenak di sebuah kedai minum, Sangkuriang melihat sosok seorang wanita. ia
terpana akan kecantikannya dan berniat untuk menikahi wanita itu. Sangkuriang
tak tahu bahwa wanita itu adalah Dayang Sumbi. Oleh karena Dayang Sumbi adalah
keturunan dewa sehingga ia tak bisa menua. Wajahnya semuda gadis-gadis remaja,
dan hal itulah yang membuat Sangkuriang tak mengenali ibunya sendiri.
Dayang Sumbi pun
awalnya tak mengetahui siapa Sangkuriang, sebab anaknya itu telah tumbuh
menjadi pemuda gagah dan tampan. Ketika Sangkuriang mendekatinya, ia tak
menaruh curiga sama sekali hingga ia melihat bekas luka di dahi pemuda itu.
Seketika tahulah ia bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang, anaknya.
Dayang Sumbi menjadi
sangat ketakutan, terutama karena Sangkuriang tak memercayai penjelasannya.
Pemuda yang kasmaran itu bersikeras melamar Dayang Sumbi. Karena kehabisan
akal, Dayang Sumbi pun mengajukan dua syarat. Pertama, Sangkuriang harus
membendung sungai Citarum, dan syarat kedua, Sangkuriang harus membuat sampan
besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi
sebelum fajar menyingsing.
Dayang Sumbi mengira
kedua syaratnya akan membuat Sangkuriang mundur. Ia tak tahu bahwa anaknya itu
memiliki kesaktian. Dengan cepat, Sangkuriang menyanggupi permintaan tak masuk
akal tersebut.
Malam itu Sangkuriang
melakukan tapa, mengumpulkan kesaktian dan mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan membendung sungai. Dayang Sumbi yang diam-diam
mengintip pekerjaan tersebut merasa cemas.
"Bagaimana jika
Sangkuriang berhasil menyelesaikannya? Tak mungkin aku menikah dengan anakku
sendiri."
Dayang Sumbi pun
memutar otak. Begitu pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi
menggelar selendang sutra merah, lalu berdoa pada dewa di khayangan untuk
membantunya. Selendang merah itu terbang ke arah Timur, dan menutup sebagian
langit. Orang-orang mengira matahari sudah terbit di ufuk karena langit sudah
memerah.
Sangkuriang terkejut
dan tak mengira pagi datang lebih cepat dari perkiraannya. Ia pun segera
mengetahui bahwa hal tersebut adalah ulah Dayang Sumbi yang tak ingin menikah
dengannya. Karena patah hati, Sangkuriang menjadi marah. Ia mengamuk, menjebol
bendungan yang dibuatnya. Air bendungan menerjang dan mengakibatkan banjir badang.
Penduduk desa ketakutan dan berlarian mencari tempat aman.
Dongeng
Rakyat Jawa Barat Legenda Tangkuban Perahu
Kemarahan Sangkuriang
tak berhenti sampai di situ. Ia pun menendang sampan besar hingga terpental
jauh. Kesaktiannya membuat sampan tersebut jatuh terbalik dan berubah menjadi
sebuah gunung. Hingga saat ini, gunung yang bentuknya mirip sampan terbalik itu
masih bisa dilihat, namanya adalah gunung Tangkuban Perahu.
2. Ilmu
pengetahuan psikologi apa yang membuat
anda ingin masuk ke psikologi dan berikan alasannya!
Psikologi Kepribadian,
karena secara pribadi saya mempunyai keinginan yang mendalam untuk bisa
memahami lebih dalam apa itu yang namanya kepribadian seseorang dan kepribadian
diri sendiri.
Saya ingin memiliki
kemampuan yang bisa mengenal seseorang lebih baik lewat ilmu-ilmu psikologi, dan
saya juga ingin menjadi seseorang yang bisa membantu permasalahan orang lain, bukan hanya bisa menjadi seorang pendengar.
Komentar
Posting Komentar